(Edisi 11 Desember 2011)
Beberapa waktu lalu saya menyampaikan beberapa hal yang berkenaan dengan konsep saya mengenai puisi modern, seperti:
Beberapa waktu lalu saya menyampaikan beberapa hal yang berkenaan dengan konsep saya mengenai puisi modern, seperti:
1.
Judul yang segar
2.
Metafora yang segar
3.
Filosofi/nilai yang disesuaikan dengan judul
4.
Dsb.
Dalam hal ini yang saya tawarkan
adalah ide mengenai mengumpulkan berita-berita di media. Kemarin saya mengambil
contoh satu peristiwa yang sedang hangat, yaitu PENGUNGSI. Maka saya sitir satu
berita yang berbunyi seperti ini (dipertemuan kemarin sudah saya bagi, tetapi
saya ubah sedikit) :
Seorang dari Srilanka ingin mengungsi dengan menumpang kapal pengungsi karena dirasa menggunakan pesaawat tidak aman. Celakanya, kapal berkapasitas 67 orang dimuati 97 orang dengan persediaan makan yang sedikit dan bahan bakar diesel. Seiring waktu, kapal itu pun kehabisan bahan bakar diesel. Lalu kapal itu tersapu ombak ke Selat Sunda. Namun nahasnya, sang tokoh tertangkap petugas imigran gelap di Selat Sunda. Petualangan 45 hari pun terhenti di sebuah penjara. (Buku NASIONAL GEOGRAFI).
Menurut saya, tema ini masih fresh dan setelah saya survei di
beberapa media, seperti Horison, Suara Merdeka, Jawa Pos, Kompas, dan Tempo,
belum ada yang memuat tema seperti itu. Berikut ini saya lampirkan puisi yang
dibuat berdasarkan berita tersebut:
ELEGI PENGUNGSI (2)
: di sebuah penjara―pukul 12.00Sesaat setelah langkahmu menyarung di daratan asing.Sorot matamu sekejap tergeragap.sewaktu petugas imigran gelap menyudahi kembaramumenuju ke balik jeruji sangkar besi.Dalam rahang ruang tak berlampu itu;segala konflik etnik, milisi penculik penyerak AK-47serta bubuk kimia pendiris genosida.Menyembul kembali bagai bisul yang membercaki perkamen ingatanmu―pukul 3.00Sore itu kau duduki bangku introgasi polisi imigrasi yang berkirap rapiseperti kursi gerbong kereta apiSementara televisi 24 inchi terus menyalakan berita duka beraroma cuka :Armada kapal penyembunyi manusiaterantuk bak setelungkup rahim mangkuk.Seperti puyunan jenazah. terpagut seraut wajah berlambung dehidrasi butiran nasidi semenanjung selat berpermadani penyaji sepotong mayatMayat itu adalah darah dagingmu..!Sesaat denyutmu lindu―pukul 5.0060 menit usai khatamnya jam bermainmusejoli sipir detensi imigrasi terperanjat melihat batok kepalamutelah remuk dengan biji mata membelalak bercelup isi hati yang terukirdi belakang koridor sangkar besi :--TUHAN HINGGAPKAN KAMI DI LAHAN KEBEBASAN--
Pembukaan tadi merupakan review kemarin, sekarang saya akan
berbagi mengenai METAFORA. Untuk mempersingkat waktu, maka langsung saja saya
mulai.
Baiklah, pertama kita tentukan dulu
temanya (misalnya perjuangan). Setelah menentukan temanya selanjutnya kita
tentukan metaforanya. Di sini saya memilih metafora SEPEDA. Pertanyaannya
adalah bagaimana dengan tema perjuangan menggunakan metafora SEPEDA. Maka langkah-langkahnya
adalah:
1.
Tentukan judul
Dalam hal ini saya beri judul SEPEDA
DARI KAKEK.
2.
Ambil kamus
Ini penting karena tanpa kamus sangat
sulit bagi kita menemukan kata-kata
3.
Tentukan unsur-unsur metafora SEPEDA
Dengan bantuan kamus kita dapat
mengetahui unsur-unsur sepeda itu sendiri.
4. Lalu catat unsur-unsur sepeda itu,
yaitu sebagai berikut:
a.
Rakit
b.
Sepeda
c.
Mini
d.
Roda
e.
Garpu
f.
Gerigi
g.
Aliri
h.
Kisi
i.
Jentera
j.
Jari
k.
Sumbu
l.
Poros
m.
Gaya
n.
Padu
o.
Seimbang
p.
Injak
q.
Pedal
r.
Merotasi
s.
Putaran
t.
Mengayuh
u.
Susur
v.
Tersigi
w.
Sadel
x.
Atur
y.
Arah
z.
Haluan
aa.
Stang
bb.
Pegang
cc.
Sekarat
dd.
Besi
ee.
Berkarat
ff.
Kunci
gg.
Engsel
hh.
Mengayuh
ii.
Himpitan
jj.
Rem
kk.
perlambat
ll.
Terbonceng
mm. Kelok
nn.
Jalan
oo.
Terjal
pp.
Terpental
qq.
Telusuri
rr.
Jalur
ss.
Berkendara
tt.
Gerigi
uu.
Jungkir
vv.
Lomba
ww. Finis
xx.
Garis
yy.
kayuh
Tentunya unsur-unsur di atas masih
kasar dan mentah, maka selanjutnya tinggal otak kita yang bermain-main dengan paduan
perasaan kita alias pintar-pintarnya kita menautkan kata-kata yang sudah kita
catat tersebut (artinya sentuhan kita). Tapi ini penting! Dengan kita menemukan
sinonim tersebut, maka jika unsur-unsur itu mampu kita kembangkan sedemikian
rupa kelak puisi kita akan konsisten dalam hal metafora, tentunya tidak menutup
kemungkinan satu puisi bisa lebih dari satu metafora tapi alangkah lebih baik
maksimal tiga atau empat metafora (tapi ini tidak mesti lo!) hanya patokan saja
agar puisi kita tidak becek.
Nah, penasaran melihat wujud jadi
puisi SEPEDA DARI KAKEK, maka dapat dilihat di bawah ini:
SEPEDA DARI KAKEK1/oleh kakeknya ia diajari perihal artihidup, serupa rakiti + naiki sepeda mini.Terampil, sepasang roda jiwaia pasang pada garpu kalbualiri gerigi ingin-hubungkan ke kisi impi satu per satusampai terbentuk rapi jentera citapintalkan jari-jari jati di sumbu poros diriia naiki sepeda itumelaju, bertumpu gaya rasa padudisitu, ia pertama kenali seimbang hati.Bermodal nekat ia injak pedal takutMerotasi putaran kaki pemberaniserasa dada mengayuhnyameski setengah sempurnaia susur gigir hidupduduk nyaman tersigi sedel kebahagiaansembari atur arah haluan keinginanagar tetap tabah berpeganganpada stang harapan2/Kini sepeda itu sekaratserupa besi panjang berkaratdi gudang yang ia kunci eratdalam engsel pintu memori tak terawatlantas ia coba buka pintu itu hati-hatimenggunakan kunci hati. Urai kembalimemori kusut raut kakeknyaberupa petuah kata di kepala:“berjuanglah dengan gagah dalam mengayuh hidupjangan nyerah sebelum lampu hasrat redupsebelum himpitan rem maut perlambat denyut harap”.Dibenaknya barangkali hidup serupa mengayuh sepedaberkorban raga, kerja keras memeras sukmasaling jaga, bela istri dan anakyang terbonceng di atas sedel keluargasembari teguh berpegangan supaya tak terpentaljatuh di kelok jalan hidup yang kian terjaldan sebelum ditutupnya pintu ituterakhir kali kakeknyaberpesan padanya:“nak tetap perkasa dalam hidup kelak kau akan sepertiaku proklamirkan diri sebagai pejuang hidup-sepakat tanda tanganigencatan raga-debu-sebab tentara nyawa resmi tembak nafasku agar hentiseperti detik arloji yang nihil bunyi hingga jasad tiarap dalam peti matidan itulah tanda merdeka, bahwa perang atas hidup telah usai”.(pada kutipan di atas, jika dilihat dengan seksama maka terlihat saya menggunakan metafora PROKLAMASI dengan unsur-unsur: tanda tangan, proklamir, gencatan, raga, debu, tentara, tembak, nafas, tiarap, peti, merdeka, tanda, perang, usai, hidup, dsb)Diiringi tawa ia telusuri kembalijalur kota, bukan berkendara sepeda lagimelainkan pahala dan doasebab dirasa roda tubuhnya telah rentatanda gerigi usia kian tumpul dan majalantarkannya pada perlombaan ajalsemacam kayuh pedaljungkirkan ia nuju ke akhirgaris finis kehidupan-kematian
Pada puisi tersebut, kata-kata yang saya beri garis miring adalah
unsur-unsur dari sepeda itu sendiri yang sudah dicatat, tentunya dengan
penambahan beberapa metafora. Puisi tersebut masih cenderung POP, namun jangan
pernah meremehkan sesuatu yang sifatnya sederhana. O ya, mengenai apakah harus
puisi PROSA bentuknya, jawab saya tidak juga, bisa saja model ODE. Misalnya kita
ingin membuat puisi tentang PETANI, maka caranya sama
- Tentukan judul, misalnya “Ode untuk Petani”.
- Langsung saja pada unsur-unsur PETANI (lihat kamus)
a.
rela
b.
menderau
c.
sukma
d.
rejeki
e.
famili
f.
tangkai
g.
hinggap
h.
duka
i.
butiran
j.
doa
k.
terpangku
l.
hening
m.
menjelajahi
n.
hijau
o.
sawahmu
p.
bersajadah
q.
lempung
r.
Hulu
s.
keringat
t.
khidmatnya
u.
berhilirkan
v.
semilir
w.
tertuang
x.
pematang
y.
bernyiurkan
z.
gemulai
aa.
padi
bb.
Menghidangkan
cc.
setampah
dd.
beras
ee.
pencerna
ff.
terdulang
gg.
menaburi
hh.
berhektar
ii.
jasad
jj.
berlubuk
kk.
benih
ll.
dilekuk
mm.
periuk
nn.
penduduk
oo.
Mengayak
pp.
sebubuk
qq.
secabai
rr.
sehidu
ss.
Kutanam
tt.
lebuhan
uu.
bibit
vv.
bakti
ww.
budi
xx.
terpanen
yy.
dimangsa
zz.
pelekat
aaa.
hama
bbb.
Berbuah
ccc.
manis
ddd.
setetes
eee.
mahabbah
fff.
badah
ggg.
jerih
hhh.
payah
iii.
peluhmu
jjj.
tertanak
kkk.
apik
lll.
selapik
mmm. perigi
nnn.
sana
Dari unsur-unsur
tersebut, hasilnya dapat dilihat sebagai berikut (kata garis miring merupakan
unsur2 petani yang sudah saya masukkan dengan beberapa kata sambung dan
sentuhan dari saya). Tentu saja ini tidak mutlak, kita bisa dengan bebas ‘menyentuh’
dengan cara kita sendiri.
ODE UNTUK PETANIKau yang senantiasa rela menderau sukma demi rejekitetap hinggap ke tangkai familiKau rangkum segenggam duka dalam butiran doa yang terpangkuhening menjelajahi hijau sawahmu bersajadah lempung ketabahanmu.Hulu tempat kau tapis khidmatnya cucuran keringatberhilirkan semilir syukur yang tertuang sepanjang pematangbernyiurkan gemulai padiMenghidangkan setampah beras pencerna durja yang terdulangmenggelinciri lorong-lorong remang saf tubuh.Begitu syahdu kau ulur tanganmu sembari menaburi berhektar-hektarjasad berlubuk dengan benih kasih dilekuk periuk nurani aneka penduduk.Mengayak sebubuk hakikat sederajat untuk bergamit erat sesama kerabatBertukar peluk.Bertabik bak sebaris gugusan tulang rusuk.Dan lewat deretan larik-larik sajak ini.Aku teriakkan kembali secabai pekerti hidup atau sehidu tak hidupmuKutanam sedalam lebuhan kalbu supaya hakiki makna berbagidari bibit bakti budi jiwamu leluasa terpanen sempurnaTanpa dimangsa kuasa hama pelekat loba yang bersarangdi lereng dada seperut hayat.Berbuah manis mencurah setetes badah mahabbah cintadari jerih payah peluhmu yang tertanak apik pada selapik perigi sanak.
Bisa dilihat hasilnya antara SEPEDA DARI KAKEK dan ODE UNTUK PETANI.
Terlihat lebih beda bukan. INGAT, unsur-unsur tersebut sebenarnya masih banyak
lagi, artinya kita akan bisa terus meningkatkan level permainan kita, JIKA:
- Kita berlatih merangkum kata- kata yang ada dalam kamus
- Selalu berlatih minimal dua jam dengan puisi itu-itu saja, sebab terkadang puisi untuk menuju ke arah perkembangan harus terus direnovasi sampai pada tahap yang diharapkan.
- Baca buku puisi dari penulis yang tidak terkenal, jika bisa bahasa Inggris akan lebih baik lagi karena banyak puisi orang luar yang tidak terkenal tetapi bisa di kembangkan. (sebagai catatan : jika kita banyak menerjemahkan puisi orang luar ke bahasa kita dan kita kembangkan menjadi tema puisi kita, bukan tidak mungkin kelak akan mewarnai perpuisian Indonesia)
- Jika belum gelisah, jangan harap akan menghasilkan pengembangan puisi ke arah lebih baik (tentunya gelisah dalam arti positif)
Demikianlah sebuah konsep untuk
puisi modern yang bisa saya sampaikan. Untuk pembahasan selanjutnya akan
menggali lebih jauh tentang apa itu Puisi Modern. Terima kasih.
(ditulis oleh Reza Andta, Koordinator Modern Poetry WR Puisi)
(ditulis oleh Reza Andta, Koordinator Modern Poetry WR Puisi)
0 comments:
Post a Comment