Spesial Hari Ibu


Kasih Ibu

sajak Ayicha Sheila

Aku membaca cinta di mata sayumu
Sederet belai mesra selalu tercurah padaku
Meski kutahu kau tak lagi sama seperti dulu
Karena usia senja kini tengah menyapamu

Ibu... oh, Ibu...
Kasihmu begitu tulus padaku
Sayangmu menggetarkan nadi dan aortaku
Dan cintamu hangatkan gelisah di dingin malamku

Ibu... oh, Ibu...
Kasihku takkan mampu mengimbangi kasihmu
Takkan pula mampu membalas kebaikanmu
Dimana dirimu selalu sabar dan tak kenal lelah: membimbing proses kedewasaanku

Surabaya, 21 Desember 2011

 ###

Bulan Tidur di Wajahmu

sajak Nurshanadi

Hingga hari ini masih tak bisa kusaksikan rembulan di malam seperti biasanya kala jingga menjelang dan perlahan langit kelam kian suram.

Ada sebagian cahaya yang kemudian menjelma pudar dan kerlip gemintang menjadi pelit untuk disaksikan, disangsikan.

Kau, selendang malam, seperti kabut-kabut usang yang mendendangkan tembang terkasih dari ciptaan alam, menemani pucat-pucat yang berpijar, menghalau sunyi, menghalau sepi.

Ada horizon yang membias wajahmu di sudut cakrawala, bercanda dengan venus yang malu-malu mengiringi cahayanya, putih kuning merah biru, berlarian, beriringan.

Lalu, bulan tidur di wajahmu dengan kedamaian yang sendu kunantikan dari seraut pesona di ujung mata jalang nan nyalang menantang.

Dan tetap saja kubiarkan bulan itu lelap di wajahmu agar rembulanku bisa menggantikan tiap-tiap malam yang kerap membuatku ingin pulang.

Pdg, 30/11/11

(Keduanya telah ditampikan dalam Bedah Puisi WR edisi 21 Desember 2011)

0 comments:

Post a Comment

Followers