SAMA dan MASA



sama tahu
masa tidak tahu
sama dan masa tidak sama
masa tidak sama dengan sama

sama mengerti
masa tidak mengerti
sama dan masa tidak semuanya mengerti
masa tidak sama dengan sama

sama cinta
masa tidak cinta
sama dan masa tidak sama-sama cinta
masa tidak sama dengan sama

sama dusta
masa tak percaya
sama dan masa saling tak percaya
masa tidak sama dengan sama

sama keheranan
masa kebingungan
sama dan masa berfikir untuk menjadi sama
masa tidak sama dengan sama

sama-sama tidak tahu
masa juga tidak tahu
sama dan masa sama-sama tidak tahu
sama dan masa akhirnya sama juga


Jakarta, 16 Juni 2011
Oleh : Puteri Madinah Izzati (Ayuu Feat Ayuu)

Category: 0 comments

LOMBA KREASI PUISI WRITING REVOLUTION: EKSPRESIKAN DIRIMU ....

Prosedur:
  1. Puisi di-upload di DOKUMEN GRUP KAMPUNG WRITING REVOLUTION-RUMAH PENULIS, bagi yang belum berbagung silakan klik di sini
  2. Tulis di judul Dokumen: LOMBA PUISI WR-JUDUL PUISI-NAMA PENULIS
  3. Tema bebas, ekspresikan dirimu.
  4. Setiap peserta hanya boleh mengupload 1 (satu) PUISI.
  5. TERBUKA UNTUK UMUM dan WARGA KAMPUNG WR.
  6. Minta tanggapan dan komentar warga grup sebanyak-banyak. Adapun 5 PUISI yang mendapatkan komentar terbanyak dinyatakan sebagai PEMENANG dan berhak mendapatkan beasiswa SEKOLAH MENULIS PUISI ONLINE (SMPO), sertifikat, berhak ikutan dalam buku antologi Writing Revolution (WR) dan lomba khusus bagi warga WR lainnya. 
  7. Iven ini berakhir sampai 20 Juni 2011.
  8. Sponsor kegiatan ini adalah  SEKOLAH MENULIS PUISI ONLINE (SMPO) WRITING REVOLUTION.
  9. Info lengkap SMPO klik atau di sini
  10. Sebarkan informasi ini kepada sahabat, teman dan kenalanmu yang hobi menulis.

Koordinator Lomba:
  • Ayuu Feat Ayuu (Kepala Suku Kampung Puisi WR)
  • Inggar Saputra (Sekretaris Kampung Puisi WR)
Category: 0 comments

APARATUR KAMPUNG PUISI WRITING REVOLUTION

Dirut WR      : Bpk. Joni Lis Efendi  & Bpk. Joni Lis Efendi II

Penasehat   : Bpk. Bambang Kariyawan

Kasuk           : Ayuu Feat Ayuu

Wakasuk      : Destiarny Educoach

Sekte I         : Inggar Saputra

Sekte II        : SeLir Safarynie

Sekte III       : Ir-one Sandza

Sie. Lomba    : Yully Riswati

Bente I          : Shitie Fatimah Maniezz

Bente II         : Edelwise Kutub Utara



Jakarta, 27 Mei 2011'  08:49 WIB



Kasuk
Ayuu Feat Ayuu
Category: 1 comments

Antara Maya dan Nyata

Arista Devi

Siang ini, aku membaca cinta di sepasang mata jendela jiwanya.
Dia yang tersembunyi dalam keterbukaannya
Dia yang asing dalam keakrabannya
Dia yang kutemukan dalam maya

Siang ini, aku mengukir kata di dinding dunia
Agar semua mengenalinya
Dia bayangan yang hadir karena cahaya
Namun bagiku rasanya terasa dalam nyata

Siang ini, antara nyata dan maya
Antara ada dan tiada
Ada cerita tentang kita
Cerita indah tentang cita dan cinta










 Prince Edward, Mei 20
Category: 0 comments

Tirai Kehidupan

Kata Bapak, hidup itu perjuangan
Kata Ibu, hidup itu sabar dan ikhlas
Kata Nenek, hidup itu anugerah
Kata Kakek, hidup itu cerita yang tak terkira
Kata Bu Guru, hidup itu sebuah pelajaran yang penuh hikmah

Aku pun mencoba mengukir kehidupan
Selaksana langkah kakiku terus melaju
Terjal tajam kerikil
Terus aku lalui

Terkadang keringat luluh membasahi tubuhku
Namun, tak sedikit pun aku keluhkan
Tirai kehidupan telah mengajarkanku
Susah senang telah kulalui
Walau itu hanya seutas senyuman
Aku peroleh dengan kasih sayang-Nya

Terima kasih, Tirai kehidupan
Telah memberiku motivasi
Karna Hidup adalah sebuah pengajaran yang tak ternilai harganya


Palembang, 27 Mei 2011
22.42










Ayumi Maulida
Category: 0 comments

DIAGNOSA CINTA

Lup! Dug! Lup! Dug! Lup! Dug !
Terdengar detak jantung dari  Unit Gawat Darurat asmara
Katup jantungku membuka dan menutup selaksa hempasan samudera
Gerakannya membekas hingga terlihat jelas di dada

Nafas yang sesak penuh riak dalam tenggorok yang kering
Tak ada sedikitpun suplai oksigen kehangatan kedalam tubuh ini
Dadaku berat, bak tertindih pepohonan bakau tua
Tolong aku dokter asmara!

Arggghhhh! Nyeri dada kiriku tak tertahankan sakitnya
Menusuk-nusuk dan menghunus jeruji paru-paru
Sayatanmu sakit hingga merayap tulang belakang
Arggghhhh! Aku tak tahan! Jangan main belakang!

Jangan ambil nyawaku, Cinta!
Keringat dinginku terus menyerbu lapisan kulit luar
Berjatuhan sebesar biji jagung
Berlomba-lomba menjadikannya sebagai gejala patah hati

Elektrokardiografi segera meluncur di tonggak dadaku
Jika kau diagnosa sakitku, kau akan mengerti betapa perihnya
Kali pertama dawai hati terhunus penyakit menakutkan
Tahukah kau diagnosa apa ini?


Oleh : Ayuu Feat Ayuu
Jakarta, 30 Mei 2011 ; Pukul. 14.39 WIB
Category: 0 comments

UNGU

Ungu



Ungu adalah aku

Aku yang terlahir dari rahim senja

Ketika merah menikahi biru

Rupaku menjelma



Ungu adalah aku

Aku yang bersembunyi di lautan malam

Ketika bulan tak lagi merindu

Bidukku tenggelam



Ungu adalah aku

Aku yang menghilang dalam terang

Ketika unguku semakin ungu

Aku hanya ingin terbang





PA, 1/6/2011

Arista Devi in Purple Room




Category: 1 comments

Celoteh Budak


wajah-wajah pasi pekat dalam tipu daya
tangan-tangan gatal menggaruk topeng penuh tukak benanah
goresan bekas jemari penuh belatung berkecipak 
 di tukak yang menganga!!
adalah nista tlah lama bertahta di pekat sanubari para petinggi
yang mengangkangi dan mengencingi
hati nurani anak-anak negeri!!
aku pun tergoda latah
melentingkan ucap memekikkan harap
padahal, lengking serapah tak jadi hirau
karena serapah tak sesakral
mantra-mantra para jahanam
penghisap darah..
aku latah  tergoda sumpah serapah yang mengaliri tukak  jiwa
sarat pinta sarat harap tak sudah
aku tergoda tiarap dalam bayang-bayang tak jelas
bergumul ketidakpastian harap
aku tergoda meninabobokkan mimpi-mimpi
mimpi-mimpiku, mimpimu
mimpi kita………..


Category: 0 comments

Kerudung Jingga

Semburat senja menyamarkan
Kau berlalu tanpa kata
Hanya sebuah senyum yang tercurahkan
Hingga kerudung jinggamu terhempas semilir angin

Dalam keheningan aku menyapamu
Dibalik kerudung jingga
Kau pun tetap tak menjawab
Senyum dan bola matamu yang kau siratkan
Menyimpan sebuah misteri

Siapakah pemilik kerudung jingga itu?
Bolehkah aku mengenalnya lebih dekat
Dan apakah mimpiku akan menjadi nyata?

Ya Tuhan…
Siapakah nama pemilik kerudung jingga itu?
Setiap senyum dan tatapan bola matanya
Sangat meneduhkan jiwa ini

Ya Tuhan…
Ijinkanlah aku bertemunya walau itu hanya sesaat
Karna jiwa ini mulai meronta
Merindu atas kasih dan cinta-Mu yang tak mampu meredam


Palembang, 2008
Ayumi Maulida
Category: 0 comments

Di Mata Hati

Di mata mati
Aku tertawa geli
Bermain-main imaji
Dan melupakan mati

Di mata mati
Aku tersakiti
Melupakan hati
Dan tak ingat mati

Di mata mati
Aku berbalur sepi
Melupakan cinta kasih
Hilang dalam mati

Di mata mati
Aku tinggal menanti
Tapi masih bisa terbahak-bahak
                Menertawakan mati

Di mata mati
Sebentar lagi aku mati
Category: 0 comments

SEMUSIM FANTASI DI SAITAMA

( Buat Pahlawanku Yang Telah Gugur Di Yhuga Myazaki )

Oleh: Hylla Shane Gerhana

Aku hanya wanita yang tak bergeming tercecar arah oleh
nuansa berganti salju. Merangas Shukujitsu-ho utara di awal
musim gugur, ketika higan autumm tersirami jutaan Ohagi.
Pergi kembali ke sudut saat pertama kumelihatmu. Gelar
Oyuugikai mengumandangkan lagu Mata Aeru Hi Made.
Jangan biarkan sekuntum bunga layu sebelum matahari
membelainya dengan menggemakan semburat jingga
ultranya. Lagu perpisahan itu tidak ubahnya ode kematian
saja. Dalam diorama cinta semesta berbekal letih kupulas
tertidur bertumpu tas travel sederhana terkulai lemah di
batas asa.

Aku Hanyalah wanita yang rindu rangas cahyamu mentari
kala bias redupmu tersaput kabut. Tirai gerimis salju tercurah
Sehasta pun aku belum bergeser. Seperti orang kehilangan.
Kutulis namamu di atas karton, fotomu kukalungkan di dadaku
"Jika kaumelihat pria ini bisakah kauberitahukan kepadaku
di mana dia berada?" Berapa yen harus kubayar, Tapi tolong
katakan di mana dia? Satu-persatu mereka berlalu tanpa seorang
pun tahu kesulitanku.

Aku seorang wanita patah hati, semua yang kulakukan tak
masuk akal. Tapi apa lagi yang bisa kuperbuat. Bagaimana aku
bisa pindah ketika kesadaranku mengungkap aku masih cinta.
23 September saat kehilangan hatimu mulai bertanya-tanya
di belahan bumi mana Hokaido, Yokohama, Saporo, Naganu,
Tokyo bahkan Saitama. Tapi kau pasti mencariku lagi. Di awal
kita sua di bawah sakura paron tanpa daun, tanpa burai
mahkota.

Yoroshiku onegae shimashu. Dengan membungkuk 45 derajat
polisi itu lalu mengusirku halus. Membujukku meninggalkan
tempat itu. Aku berkata, "Ku sedang menunggu seseorang
tanpa perduli hitungan hari, bulan, tahun." Aku berdiri di sini
bahkan jika hujan salju bicara. Benakku semakin membadai
Ini tempat pertama saat dia pergi.

Orang berbicara tentang perempuan yang menunggu seorang
lelaki. Ohhh. . Tidak ada lubang di sepatu tapi sebuah lubang
besar di duniannya. Mungkin aku bisa naik daun di berbagai
media masa sebagai orang yang teguh pendirian
Tak bergeming atau pun terganti. Mungkin kamu tidak
bermaksud, tetapi kau akan melihatku di berita. Kau akan datang
berlari ke sudut cuase. Seandainya kau tahu itu hanya untukmu.
Aku tidak mempan dipengaruhi ancaman. Aku tidak gentar oleh
mesiu peradapan.

Aku hanyalah wanita yang terhempas di palung samudra
terpental dan membeku. Walau akhirnya pahlawanku tenggelam
dalam lautan Hyuga Myazaki. Sebelum gapai mimpi hajikan
orang tua kita, maut telah datang menjemput. Demi selamatkan
nyawa. Dalam tugas kemanusiaan. Gelar Pahlawan Nasional
Jepang untuk Putra Indonesia pertama di 31 Oktober 2008.
Ratna yang harumkan nama bangsa. Walau nyawa yang
kaupertaruhkan.

Endang Arifin,
dengan segala masa lalumu.

Pergilah
Kembali ke sudut di mana kupertama kali kumelihatmu. Menjadi
lusuh di atas bungkusan usang. Berteman lelah menantimu ber-
harap tidur selamanya.

Aku hanyalah wanita. Yang selalu berharap, seandainya waktu
bisa kuputar kembali aku ingin menyatukan masa lalu agar
bersenyawa dengan masa kini dan masa depan.

Aku yang tak bergeming, tak gentar. Tanpa takut.
Tidak ada lubang di sepatu melainkan lubang besar di
dunianya.**
(Menangis saat menonton Kick Andy)

Lower Estate, 2 Juni 2011
Category: 0 comments

Pujangga Berhati Kristal

Sang pujangga menulis cinta yang terhirup dalam air mata bintang
Dengan paragraf berkaca-kaca memancar pemikiran
Merintis garis khayal di sauh waktu yang nanar
Gempar dengan kalimat yang bermandikan paragraph

Sang Pujangga mengajak kata untuk merangkai sebilah bait
Dan mengajari para huruf bergelombang pada  kertas
Melirik-lirik huruf vokal dan konsonan yang malu
Untuk bergabung dalam masyarakat yang bernama puisi

Sang pujangga datang dengan kebeningan rembulan
Yang memeluk kehangatan malam dibalik pepohonan
Hingga dedaunan bergoyang-goyang kerana kebingungan
Mendengar desahan pujangga yang bermandikan syair dan sajak

Coba dengarkan!
Sang pujangga harus memeluk kesepian dalam membuai sastra
Di kesunyian malam menjelang pagi ia bergelut dengan tulisan
Melakukan telepati kepada Tuhan agar diberikan limpahan pengetahuan

Sang pujangga yang berhati sebening kristal bahagia
Melihat deretan huruf vokal dan konsonan bersenda gurau
Dalam pacuan bait-bait asmara yang begitu aduhai indahnya
Bak purnama bermandikan cahaya malam keagungan

Sang pujangga menutupi kesedihan dan kerapuhannya
Kerana purnama akan tetap bersinar dalam kedaan duka
Layaknya pujangga yang galau akan kekejaman asmara
Pada dawai hati yang teriris dengan hunusan pedang kata

Aduhai pujangga…
Kau tampak sendirian dengan sebilah sayap yang terbang
Namun Sang pujangga tetap tegar dalam menghidupi huruf-hurufnya
Agar terus berkutat pada layar kehidupan


Oleh : Ayuu Feat Ayuu
Jakarta, 30 Mei 2011 ; Pukul. 13.39 WIB
Category: 0 comments

Followers