Estafet Poetry pada 8 Desember 2011


Irama Hati      

Semesta berdenyut
angin utara melantunkan tembang kasih
jajaran aksara mencipta rasa
menawan butiran bintang yang tertatih

Langit pun merintih lirih
menaungi kisah yang menggema di angkasa
tersusun dari aksara-aksara berwarna
melukis semesta laksana aurora

Sisa gerimis meniti malam
aku pun tersedai menatap langit tanpa bintang
ciptakan gelisah dan kesedihan
teringat akan kenangan masa silam

Meski mentari tlah pudar
berharap senja jingga tak berpendar
bila malam tlah menaungi
biarlah bintang merengkuhmu indah ...

Bulan merintih
malam ini perih
ada luka yang jerih

Dan awan pun beralih rupa
angin bertukar arah
suara jengkerik melangutkan benak
separuh hati meraup asa

Semesta enggan menyapa
kalut mengabut kian rana
pelan kelimut jadi selimut
dan kita terhanyut

Dalamnya hening begitu bening
menetes lembut di hatiku
saat kau titipkan lagu pada bintang yang mengerling padaku
o ... begitu syahdu

Aku pun terlena akan syair lagumu
deretan nada yang tercipta buatku haru
lalu bersama kita taklukkan waktu
ditemani gerimis yang kita damba sejak dulu

Sejenak terpaku
mengingat semua yang telah berlalu
lagumu masih mendayu
irama nyanyianmu masih mendayu syahdu
juga rasa ini masih ada padaku

Namun,
langit menghampar pekat
gelap menghitam
itulah jiwaku
kelam meradang kesunyian
semenjak kau pergi
hati ini tak bertuan

Adakah bintang
adakah rembulan
di mana
hatiku muram
rindu ini takkan hanyut oleh gerimis
rasa ini takkan sirna oleh laju masa
akan abadi
seperti jiwamu
yang melanglang dalam keabadian

Kini aku berjalan dalam kebimbangan
di antara harapan dan penyesalan
akankah kau masih pantas untuk kuharapkan
ketika kau pergi dan meninggalkanku di kesunyian malam

Meski malam menebar gulita
dan senyap merayapi keheningan
aku ingin kau tahu
sekuntum harap masih ada
menunggu esok menyeruak pagi

Apakah aku bisa
hadapi hari sendiri
sedang karena kau
aku tetap menunggu pagi

Jika pagi kalut
ku tak ingin kabut
esok
ada mentari
yang mendiang
ku tak ingin kabut

Tapi aku percaya kau akan datang lagi
bersama hangat sapa sang mentari
menyapaku yang tengah duduk berpangku jemari
berikan senyuman termanismu duhai pujaan hati

Ada angin dari selatan
menerpa wajahku
kaukah itu?
bening
bulir
jatuh

Denting
mengalir
luruh
resah
gelisah
jatuh
luruh 

Hilang
musnah
meninggalkan kenangan
akan hangat sapamu semalam

0 comments:

Post a Comment

Followers