All About Poetry Edisi Akhir Tahun


Mengapa sebuah puisi terkadang tidak masuk nominasi?
Jawab:
Beberapa kemungkinan yang bisa dijelaskan karena ketidaksesuaian tema, tata tulis yang tidak sesuai dengan kaidah, judul yang tidak memikat, isi yang tidak menimbulkan debaran rasa bagi pembaca, ending yang tidak menyentak.
Bolehkah menggunakan tanda tanya (?) dan tanda seru (!) pada puisi? Atau mungkin tanda baca yang lain, seperti titik dua (:), titik koma (;), tanda kurung ( ), garis miring (/), garis hubung (-), garis bawah (_),tanda petik (") pada sebuah puisi?
Jawab:
Silahkan saja menggunakan tanda-tanda baca tersebut. Hal itu akan mampu membangun puisi yang memiliki kekuatan nada ketika pembaca membaca karya kita.
Apakah memang ada dogmatis dalam dunia perpuisian Indonesia? Misalkan puisi AKU karya Chairil Anwar yang memang bagus ketika itu, lalu diikuti dengan puisi lainnya (misalkan ANTARA KARAWANG - BEKASI), terus pak Chairil Anwar membuat puisi lagi yang lainnya. Lalu, karena masyarakat menganggap puisi Chairil Anwar bagus, maka semua puisinya yang lainnya pun dibilang bagus hanya karena yang buat puisi adalah Chairil Anwar. Padahal belum tentu puisi beliau yang lain bagus?
Jawab:
Setiap penyair punya masterpiece dalam karyanya. Seperti Chairil Anwar dengan Antara Karawang Bekasi. Seperti itulah hukumnya, ketika penulis sudah punya nama, maka karya-karyanya akan selalu dianggap “sempurna”. Namun bukan berarti semua akan bagus. Di sinilah pentingnya kehadiran kritikus sastra untuk mengkritisi karya-karya yang hadir.

Hari Ini, Dan Ah.


HARI INI

sajak Reza Andta
_untuk manusia dan berhalanya

Hari ini Tuhan buat manusia :
…….
Dipintalkan sekepal organ
Dirukukkan seoonggok otak
Ditayamumkan selaksa indera
Dilesutkan sederet kodrat
Diasahkan sepisau nafsu
Ditiupkan seputih roh
……..
Satu
Dua
Tiga
Tak terhingga
Selesai
………
Hari ini manusia
berganti buat Tuhan
yang dikalungkan pada
sebongkah bejana fatamorgana

###

Realita/Kenyataan di Sekeliling + Olah Rasa


(Modern Poetry Edisi 25 Desember 2011)

Pada kesempatan kali ini saya akan kembali berbagi pengalaman tentang membuat puisi modern. Tatkala membuat puisi saya tak pernah kenal definis puisi, tak pernah kenal teori-teori tentang puisi, tak pernah kenal apa itu sonnet, syair, pantun, atau prosa, serta tak pernah kenal aturan larik, suku kata, dan sebagainya.
Tapi seberapa penting pengetahuan-pengetahuan seperti itu bagi kita? Apakah justru membingungkan lantaran terlalu rumit? Alhasil, ketika pertama kali menulis puisi, inilah rumus yang saya gunakan, dan akan saya coba membaginya di sini, yaitu:
REALITA/KENYATAAN DI SEKELILING + OLAH RASA = PRODUK (PUISI)
Produk yang saya maksud berkaitan dengan cara kita menyampaikan, cara kita mengemasnya sehingga menghasilkan puisi yang enak dibaca, mudah dipahami, dan mampu menggerakkan hati pembaca.
Untuk siapa puisi itu kita buat? Dengan segala hormat saja jawab adalah UNTUK KITA DULU, baru kemudian baru pembaca. Artinya, ketika produk tersebut selesai terbentuk, seharusnya puisi tersebut bisa kita presentasikan ketika ada pembaca yang bertanya, tidak membingungkan diri kita sendiri, istilahnya KEKACAUAN YANG KITA BUAT KARENA ULAH SENDIRI.
Nah, seringkali ketika kita membaca puisi modern, kita selalu cenderung untuk bertanya, “Kok saya nggak paham maksud isi puisi tersebut? Apakah puisi tersebut gagal tersampaikan?” Pertanyaan seperti ini pun tak bisa saya jawab karena kriteria untuk memahami suatu puisi tergantung pengalaman dan pengetahuan masing-masing pembaca.
Sekaranga akan kita bahas satu per satu unsur dari rumus yang telah saya sampikan tadi.

All About Poetry Edisi 23 Desember 2011


Bagaimana cara memperluas kata-kata dalam membuat puisi, agar kata-kata yang kita gunakan tidak bersifat umum?
Jawab:
Langkah pertama selalu kumpulkan diksi dan metafora yang kuat dan indah. Hal tersebut dapat digunakan untuk memperkaya pilihan kata dalam puisi yang kita buat.
Bagaimana cara membuat puisi agar terkesan indah dan mengalir pada setiap bait yang ada?
Adakah taktik jitu dalam pembuatan puisi agar terkesan lebih memikat para pembaca?
Jawab:
Untuk memberi kesan indah dan mengalir dapat dilakukan dengan memadatkan diksi dan metafora yang kuat dalam setiap barisnya. Untuk memikat pembaca buatlah puisi seindah mungkin dengan member kesan makna bahwa puisi kita mengandung hikmah.
Puisi yang seperti apa yang banyak diminati pembaca pada saat ini?
Jawab:
Puisi yang diminati saat ini? Memang belum ada kajian khusus kearah sana. Namun media massa dapat menjadi indikator trend puisi di tahun tersebut. Lihatlah media-media besar yang biasa menyediakan kolom puisi. Simak puisi-puisi yang dimuat maka kita akan bisa menyimpulkan sendiri trend puisi saat ini.

(dirangkum oleh Fransiska S. Manginsela, Kasuk WR Puisi)

Spesial Hari Ibu


Kasih Ibu

sajak Ayicha Sheila

Aku membaca cinta di mata sayumu
Sederet belai mesra selalu tercurah padaku
Meski kutahu kau tak lagi sama seperti dulu
Karena usia senja kini tengah menyapamu

Ibu... oh, Ibu...
Kasihmu begitu tulus padaku
Sayangmu menggetarkan nadi dan aortaku
Dan cintamu hangatkan gelisah di dingin malamku

Ibu... oh, Ibu...
Kasihku takkan mampu mengimbangi kasihmu
Takkan pula mampu membalas kebaikanmu
Dimana dirimu selalu sabar dan tak kenal lelah: membimbing proses kedewasaanku

Surabaya, 21 Desember 2011

 ###

Bulan Tidur di Wajahmu

sajak Nurshanadi

Hingga hari ini masih tak bisa kusaksikan rembulan di malam seperti biasanya kala jingga menjelang dan perlahan langit kelam kian suram.

Ada sebagian cahaya yang kemudian menjelma pudar dan kerlip gemintang menjadi pelit untuk disaksikan, disangsikan.

Kau, selendang malam, seperti kabut-kabut usang yang mendendangkan tembang terkasih dari ciptaan alam, menemani pucat-pucat yang berpijar, menghalau sunyi, menghalau sepi.

Ada horizon yang membias wajahmu di sudut cakrawala, bercanda dengan venus yang malu-malu mengiringi cahayanya, putih kuning merah biru, berlarian, beriringan.

Lalu, bulan tidur di wajahmu dengan kedamaian yang sendu kunantikan dari seraut pesona di ujung mata jalang nan nyalang menantang.

Dan tetap saja kubiarkan bulan itu lelap di wajahmu agar rembulanku bisa menggantikan tiap-tiap malam yang kerap membuatku ingin pulang.

Pdg, 30/11/11

(Keduanya telah ditampikan dalam Bedah Puisi WR edisi 21 Desember 2011)

Cacat-Cacat Puisi yang Terus Kita Rangkai Keberadaannya


(About Modern Poetry Edisi 18 Desember 2011)



Selamat bertemu kembali. Kali ini saya hendak menuliskan beberapa hal mengenai musuh-musuh yang kerap ada dalam puisi modern. Secara sengaja atau tidak musuh ini menyertai dalam tiap puisi yang kita buat. Apa yang berkaitan dengan yang saya tulis ini berhubungan dengan puisi yang kerap terbaca oleh mata, baik di surat kabar atau melalui internet. Kali ini telah saya rangkum menjadi lebih sederhana.

1.      Musuh pertama, KEUMUMAN.
Maksud dari keumuman adalah serba umum. Ini penting karena keumuman membuat puisi tampak tidak berkesan atau pembaca tidak tersentuh hatinya. Keumuman di sini bisa dikatakan PASARAN karena semua orang bisa membuatnya. Kira-kira begitu maksudnya.
Misalnya saya ambil contoh keumuman pada sajak “Ibu” dan “Guru” dari majalah Horizon, sebagai berikut :
Ibu
Oh, ibu alangkah mulai hatimu
Kau lahirkan dan besarkan aku
Membelai dan memberiku susu
Menuntun anakmu jalani kehidupan
Hingga tercapai cita-citaku

Mengapresiasi Puisi

Apresiasi puisi artinya menikmati, menghayati, serta mengambil hikmah dari puisi yang dibacanya. Ada yang bilang bahwa mengapresiasi puisi dengan baik merupakan langkah awal untuk bisa menulis puisi yang baik. Kemampuan berpuisi hanya bisa dicapai hanya dengan proses belajar terus menerus yang dalam perkembangannya akan sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya. (AZN)
Jadi, mengapresiasi puisi tak cukup hanya menjadi gelas kosong tanpa isi, setidaknya kita menjadi gelas kosong yang setengah berisi, agar kita tak hanya berdenting tanpa henti atau retak tak bertepi karena dentingnya menarik hati untuk terus dipukuli. Kita juga harus mempunyai pengetahuan yang memadai agar bisa berbagi pengetahuan dengan yang lain. Dengan hal ini gelas milik kita tidak hanya akan dipenuhi oleh pengetahuan dari orang lain, tapi akan bercampur dengan ‘isi’ yang sebelumnya telah kita miliki tadi. Ibaratnya, kita menyediakan gelas berisi air bening setengahnya, lalu akan ditambahi batu es, sirup, dan potongan buah.
Tapi juga tak cukup hanya menjadi gelas kosong atau setengah berisi jika tutupnya tidak terbuka karena nantinya kita bisa bernasib sama seperti katak dalam tempurung. Kita tidak akan mendapatkan pengetahuan apa-apa selain apa yang ada dalam gelas kita. Jika gelasnya tak berisi, bisa jadi isinya hanya suara kita sendiri. Jika pun berisi, itu tak lebih dari sekadar air bening. Tak juga cukup dengan membuka tutup gelas tapi membiarkan dasarnya bolong, pengetahuan yang telah masuk hanya akan terbuang sia-sia.
So, jangan takut untuk mengapresiasi puisi, apapun namanya, entah itu bedah puisi atau apresiasi puisi. Puisi, selain membutuhkan kehadiran penyairnya, juga membutuhkan apresiator, membutuhkan publik atau pemirsa yang akan membacanya, menikmati, serta mencintainya. Sekali lagi, mengapresiasi puisi dengan baik merupakan langkah awal untuk bisa menulis puisi dengan baik.
Selamat mengapresiasi puisi.

(ditulis oleh Adi Saputra, Wakasuk WR Puisi)
Category: 0 comments

All About Poetry Edisi 16 Desember 2011

Bagaimana tata cara membuat puisi?
Jawab
Menulis puisi bagi pemula, tulislah apa yang ingin ditulis. Namun dapat dilakukan dengan pentahapan berupa pencarian ide, perenungan, penulisan, dan perbaikan. Namun bekal utama yang harus dilakukan adalah perbanyak membaca karya puisi sastra yang telah teruji.
Puisi dapat dinilai bagus itu dari apanya? Puisi itu ada berapa macamnya? Puisi itu apakah harus pakai kata-kata yang bermakna ganda?
Jawab
Relatif sekali puisi itu bagus atau tidak. Tergantung siapa yang menulis dan menikmatinya. Sebagai penulis tidak perlu kuatir yang terpenting menulis saja karena puisi mengandung unsur kerelatifan yang sangat tinggi.
Berdasarkan isinya, puisi bisa dibedakan menjadi beberapa ragam seperti balada, romansa, ode, himne, elegi, epigram, satire, idylle. Puisi sebaiknya tidak menggunakan kata yang bermakna ganda justeru akan mengaburkan makna puisi kita. Namun bila menggunakan diksi dan metafora yang indah dan kuat itu tidak masalah.
Apakah dalam pembuatan puisi dibutuhkan juga penerapan ejaan EYD?
Jawab
EYD tetap perlu sebagai penjelas pesan yang ingin disampaikan. Walau dalam puisi bebas terkesan sebebas-bebasnya namun kaidah bahasa yang baik dan benar tetap membingkai puisi yang kita tulis.

Kesalahan Besar


sajak Greevena Dunham

Dan ketika napak tilas ini ... terambang ...
Lambai sana ...
Lambai sini ...
Mencoba untuk tertarik
Tapi memang tak menarik ...

kelambanan ini memang masih utuh
Seutuh batu rapuh
Sejenuh surya berteduh
Seraya memekuk tubuh
Aku terparuh

Dunia tak seindah kata
Rangkaian kata, penjelas makna

Yang dirasa hina dina
Pemangkas harta Ramayana
Aku tertegun dari penghias dunia

Tak seindah pahatan sebelumnya
Serba terperikuk
Tak kenal sajak dalam riuk sangka
Terpanat, seakan hentam akan butiran jangka

Laguku mulai tak bernada
Dan sudah tak lagi bernada

Pengkih akan sesatnya hati
Tak kanti ...
Dari biduk peraduan duniawi

Sungguh benar ... benar, tak bersimfoni
Mati dalam sanggar puisi

Seakan terpatri dalam rongga ...
Seakan kesempitan ini terus menghampiri
Seakan tangan in lumpuh tak terganti ...

Aku kaku ...
Aku tertipu ...
Aku jemu ...
Aku rindu ...
Dan inilah aku ...

Terhimpit akan galaunya rona patahan kata ...
Yang tak seindah ... dulu

MESSED UP!









(Telah ditampilkan dalam Bedah Puisi WR edisi 14 Desember 2011)

Modern Poetry Edisi Pertama

(Edisi 11 Desember 2011)

Beberapa waktu lalu saya menyampaikan beberapa hal yang berkenaan dengan konsep saya mengenai puisi modern, seperti:
1.      Judul yang segar
2.      Metafora yang segar
3.      Filosofi/nilai yang disesuaikan dengan judul
4.      Dsb.
Dalam hal ini yang saya tawarkan adalah ide mengenai mengumpulkan berita-berita di media. Kemarin saya mengambil contoh satu peristiwa yang sedang hangat, yaitu PENGUNGSI. Maka saya sitir satu berita yang berbunyi seperti ini (dipertemuan kemarin sudah saya bagi, tetapi saya ubah sedikit) :
Seorang dari Srilanka ingin mengungsi dengan menumpang kapal pengungsi karena dirasa menggunakan pesaawat tidak aman. Celakanya, kapal berkapasitas 67 orang dimuati 97 orang dengan persediaan makan yang sedikit dan bahan bakar diesel. Seiring waktu, kapal itu pun kehabisan bahan bakar diesel. Lalu kapal itu tersapu ombak ke Selat Sunda. Namun nahasnya, sang tokoh tertangkap petugas imigran gelap di Selat Sunda. Petualangan 45 hari pun terhenti di sebuah penjara. (Buku NASIONAL GEOGRAFI).
Menurut saya, tema ini masih fresh dan setelah saya survei di beberapa media, seperti Horison, Suara Merdeka, Jawa Pos, Kompas, dan Tempo, belum ada yang memuat tema seperti itu. Berikut ini saya lampirkan puisi yang dibuat berdasarkan berita tersebut:

All ABout Poetry edisi 9 Desember 2011

Sejauh mana pengaruh tata bahasa dalam menulis sebuah puisi?
Jawab
Tata bahasa berperan sebagai penjelas makna puisi yang ditulis oleh penulis kepada pembaca.
Apa yang dimaksud dengan metafora? Dan sejauh mana pentingnya metafora dalam sebuah puisi?
Jawab
Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Misal: matahari dengan “raja siang”. Metafora berperan memperindah sekaligus memperkuat dan memperindah puisi yang kita tulis.
Bagaimana memilih kata dengan metafora yang pas dengan tema kita?
Jawab
Metafora yang pas memang tergantung tema. Metafora dapat dibangun dengan mengumpulkan puisi standar dengan bernilai sastra tinggi dan mengumpulkannya ke dalam “bank metafora”.
Seberapa penting tanda baca dalam puisi?
Jawab
Tanda baca berperan menentukan irama dan nada dalam sebuah puisi.
Dalam puisi baru, apakah jumlah baris dalam satu bait harus sama?
Jawab
Hadirnya puisi baru sebagai bentuk pendobrakan pada format puisi lama, sehingga puisi baru bebas dari aturan.

Estafet Poetry pada 8 Desember 2011


Irama Hati      

Semesta berdenyut
angin utara melantunkan tembang kasih
jajaran aksara mencipta rasa
menawan butiran bintang yang tertatih

Langit pun merintih lirih
menaungi kisah yang menggema di angkasa
tersusun dari aksara-aksara berwarna
melukis semesta laksana aurora

Sisa gerimis meniti malam
aku pun tersedai menatap langit tanpa bintang
ciptakan gelisah dan kesedihan
teringat akan kenangan masa silam

Estafet Poetry Edisi 1 Desember 2011

Jalan Kehidupan 

Di setiap titik yang kulalui 
aku mengeja setiap bait kehidupan
merentasi batas cakrawala rasa 
mencari arti yang sempat tercecer 

ada waktu yang berlarian 
kupungut detik demi detik di perjalanan 
meski siang belum menjelang 
kudapat terang sebelum kelam keburu datang 

pada langit yang gulita 
pada angin yang berdesir 
pada dedaunan yang gemerisik 
aku titipkan sekeping mimpi 
berharap ada bejana hatimu 

Puisi K.H. Mustofa Bisri

"Penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang dungu. Tidakkah kaulihat mereka menenggelamkan diri dalam sembarang lembah khayalan dan kata, dan mereka suka mengujarkan apa yang tak mereka kerjakan kecuali mereka yang beriman, banyak mengingat dan menyebut Allah dan melakukan pembelaan ketika dizalimi."

(Terjemahan QS. Asy-syu'araa, 224 - 227)


Category: 0 comments

Mengeja Rasa


sajak Nurlaili Sembiring

Ketika rindu sapa lembut nan jenaka
Kubingkai rautmu pada kelopak mawarku
Hingga berbinar indah di kalbu
Menjelma permata di wajahku yang jelaga

Akulah sang kembara di malam nan sunyi
Berteman dingin dalam balutan sepi
Adakah kaumengeja isi hatiku?
Mendebur kelamku dengan sapa hangatmu

Temani malamku dengan sebait puisi nan syahdu
Dimana kausemat dari lubuk hatimu
Seperti malam-malam terdahulu
Kauhiasi hati ini dengan syahdunya candamu

Kini, semua terasa berbeda
Rindu sapamu tak jua terpenuhi
Hai
, bangunkan aku dari lenaku atasmu
Agar aku luruh pada jernih muara kasih abadi

Binjai, 23 November 2011













(telah ditampikan dalam Bedah Puisi WR edisi 30 November 2011)

Followers