Mengapa sebuah puisi terkadang tidak masuk nominasi?
Jawab:
Beberapa kemungkinan yang bisa dijelaskan karena ketidaksesuaian tema, tata tulis yang tidak sesuai dengan kaidah, judul yang tidak memikat, isi yang tidak menimbulkan debaran rasa bagi pembaca, ending yang tidak menyentak.
Bolehkah menggunakan tanda tanya (?) dan tanda
seru (!) pada puisi? Atau mungkin tanda baca
yang lain, seperti titik dua (:), titik koma (;), tanda kurung ( ), garis
miring (/), garis hubung (-), garis bawah (_),tanda petik (") pada sebuah puisi?
Jawab:
Silahkan saja menggunakan tanda-tanda baca tersebut. Hal itu akan mampu membangun puisi yang memiliki kekuatan nada ketika pembaca membaca karya kita.
Apakah memang ada dogmatis dalam dunia perpuisian
Indonesia? Misalkan puisi AKU karya Chairil Anwar yang memang bagus ketika
itu, lalu diikuti dengan puisi lainnya (misalkan ANTARA KARAWANG - BEKASI),
terus pak Chairil Anwar membuat puisi lagi yang lainnya. Lalu, karena masyarakat menganggap puisi Chairil Anwar bagus, maka semua
puisinya yang lainnya pun dibilang bagus hanya karena yang buat puisi adalah
Chairil Anwar. Padahal belum tentu puisi beliau yang lain bagus?
Jawab:
Setiap penyair punya masterpiece dalam karyanya. Seperti Chairil Anwar dengan Antara Karawang Bekasi. Seperti itulah hukumnya, ketika penulis sudah punya nama, maka karya-karyanya akan selalu dianggap “sempurna”. Namun bukan berarti semua akan bagus. Di sinilah pentingnya kehadiran kritikus sastra untuk mengkritisi karya-karya yang hadir.