Bedah Puisi WR Edisi 28 Maret 2012

PUJAAN HATI
sajak Ida Shafiyyah Afraa

Tatapan kosong seorang insan
Yang rindu akan sang pujaan
Menunggu di dermaga
Dengan perasaan bimbang melanda

Desir angin memecahkan gelombang
Mentaripun mulai bercahaya dikejauhan
Pandangan hampa.
Mata mulai berkaca-kaca.
Pandangannnya mengawasi arah dermaga

Detik-detik penantian
Tak satupun kapal berlabuh
Membuat hati kian tersentuh 
Dengan nyanyian sang biduan

Hari pun mulai senja
Burung-burung kembali ke asalnya
Bimbangnya hati mulai terasa
Kegundahan semakin menyiksa
Pilu mendengar kabar dari seberang sana

Hati menangis tak bisa bersuara
Meratapi nasib tiada berguna
Tak terasa diapun rubuh tak berdaya
Dunia kelam seketika

Berhari-hari tak sadarkan diri
Dalam mimpi bertemu sang pujaan
Siuman menghinggapinya
melihat sekelilingnya penuh dengan hiasan

Alhamdulillah
Syukur terpanjatkan
Rasa sedih berhias kebahagiaan
Ketika sang pujaan muncul dibalik kerumunan  
Membawa sebuah buku kado pernikahan

Keluarga menangis bahagia
Ketika melihat mereka kembali bersama
Merajut mimpi yang lama terabaikan
Waktu terpisah dengan samudrah harapan

###

MELUMATKAN PENANTIAN
sajak Asni Ahmad Sueb



Inginku lumat malam dengan rutukkan, menggeram, mengatupkan kedua tangkup gigi
menggigit bibir sampai berdarah dan mengeluarkan bau anyir
ingin teriakan beribu amarah agar himpitan batu ini berhambur dan terlempar menjauh terkulai lalu terkubur.

Suara dawai-dawai membisikan kata di daun telinga, memanggil dan memanggil sebuah kerinduan tapi benarkah kau merindukan seperti aku yang merindukanmu.
Apakah penantian itu seperti penantian hati selama ini, berikan aku jawab agar hati tersentak dengan rasa yang menyebar

Jika penantian dan rindu menyelimuti hatimu kenapa tak ada sapa, mengapa dan mengapa kita saling menjauh bila rindu dan penantian terjaga manis dan cinta masih bersemayam di palung hati, yang bergema menelusuri ruangruang


Secepat itukah rasa dihilangkan, semudah itukah sayang berpaling, sekejap kau hapus cinta padahal penantian masih berlanjut

Kuurai tangis pada pandan menjalinnya agar menghamburkan wangi keseluruh penjuru dan airmata ini telah berganti wangi pandan yang setiap tetes kau siakan saat kau biarkan tetes ini menjadi bulirbulir luka yang akhirnya menjatuhkan bungkahan korengan penuh nanah, wangi pandan berganti wangi nanah.


Berapa lama luka mengering bila kau tetap diam tanpa bergeming untuk menyapa denyut nadimu, jantung itu telah lumat bersama hati dan darah telah membawanya dalam ronggarongga gelap sampai tak satu pun dapat menadahnya

karena semua terburai dalam nestapa. Tidak ada artikah kebersamaan yang kita ciptakan, harihari yang kita lewati bersama. Siang penuh kasih, sore bertabur sayang dan malam berhambur cinta



Walau kau berlalu namun disini aku tetap menantimu dengan sejuta pengharapan Seperti katamu, kan kembali dalam ruang dan waktu. Yang akan terus menetas tiada lunaslunas
Sebelum menyarungkan sebilah harapan, menunggu kepastian. Laikkah?

Palembang,

0 comments:

Post a Comment

Followers