Cara membuat judul puisi yang
bagus itu bagaimana?
Jawab:
Membuat judul yang bagus butuh
proses latihan. Judul harus keluar dari sesuatu yang terkesan biasa.
Biasanya dalam bentuk kalimat aktif. Misal ketika bicara akan “Senja”. Kalau judulnya hanya itu masih terkesan biasa, tapi bila ditambah dengan yang tidak biasa maka akan menjadi kuta. Misal “Senja Mendua”.
Bagaimana cara juri lomba puisi
atau redaktur koran, mengetahui suatu naskah puisi itu hasil jiplakan dan
saduran dari karya orang lain?
Jawab:
Juri lomba puisi atau redaktur Koran kolom puisi tentunya dipilih dari orang-orang yang telah terpilih dengan segudang pengalamannya berinteraksi dengan puisi. Lewat pengalamannya membaca karya-karya tersebut “feeling” melihat plagiat pada karya yang sedang dibaca akan muncul dengan tiba-tiba.
Sekarang ini banyak lomba puisi
di internet atau facebook. Bagaimana cara kita mengetahui kejujuran lomba ini?
Bagaimana caranya supaya tahu bahwa lomba ini tidak bohong dan mengumbar janji
belaka?
Jawab:
Biasanya bila sudah menyangkut setoran sejumlah uang yang tidak logis maka ada indikasi itu lomba bohong-bohongan. Namun tentunya tidak semua seperti itu, ada yang meminta menyetor sejumlah uang namun nantinya diganti dengan penerbitan antologi. Daripada ragu-ragu mengirimkan lomba seperti itu mendingan kirim saja ke media massa yang telah jelas reputasinya.
Seperti apakah puisi “dadaisme”
itu? Apakah saat ini masih banyak yang bermain dengan jenis puisi tersebut?
Jawab:
Puisi dadaisme diartikan sebagai puisi pemberontakan terhadap aturan kepakeman. Lihat puisi-puisi SCB ya. Puisi yang diusung seperti mantra.
Mengingat adanya Licencia Puitika, apakah bahasa baku
dan penggunaan EYD yang benar tetap harus diterapkan dalam menulis sebuah
puisi? Atau apakah hanya ketika kita akan mengikuti lomba atau menulis puisi di
media saja? Karena kadang saya juga bimbang, apakah harus menggunakan bahasa
baku atau tidak. Contoh: penggunaan kata nafas yang seharusnya ditulis napas,
penggunaan kata hembus yang seharusnya ditulis embus, dan lain-lain.
Jawab:
Kalau menurut saya melihat kepentingannya karya kita ditulis untuk apa. Bila untuk konsumsi kepenyairan biasanya kebebasan tersebut tidak menjadi masalah. Namun bila untuk kepentingan lomba dan pengajaran biasanya EYD tetap harus dikedepankan.
(Jawaban oleh Bpk. Bambang Kariyawan, dirangkum oleh Kasuk WR Puisi Fransiska
S. Manginsela)
0 comments:
Post a Comment