All About Poetry Edisi 6 Januari 2012

Kenapa ya saya suka lalieur (sangat pusing) kalau membaca (memaknai) puisi? Apalagi kalau bahasa yang dipakai sudah penuh metafora atau diksi yang rumit. Baru bisa paham kalau sudah dideklamasikan oleh orang atau dinyanyikan (musikalisasi puisi). Adakah tips supaya saya bisa lebih mencintai puisi?
Jawab:
Mencintai puisi menyangkut kepekaan pada pemahaman akan makna kata. Untuk pencinta puisi pemula dengan jam terbang dan jam baca yang masih rendah maka memahami puisi masih cenderung memahaminya dengan sukar dan mudah. Tapi bagi yang telah memiliki jam terbang tinggi maka memahami puisi bukan dari sukar atau mudah lagi tapi makna apa yang terkandung di balik permainan kata yang dirangkai. Mencintai puisi dengan membaca, menulis, dan mengapresiasikannya dengan kesungguhan hati dan kepekaan rasa.

Seperti apakah yang dimaksud dengan "diksi loncat" dan bagaimana menghindarinya?
Lalu
bagaimana memilih kata-kata yang tepat supaya efektif, padat, dan tidak boros kata?
Jawab:
Diksi loncat maksudnya pilihan kata yang dirangkai tidak membentuk keutuhan dalam baris yang ditulis. Untuk menghindarinya dengan mencoba merapatkan setiap baris dengan keutuhan kata. Pilih kata-kata yang efektif. Hindari pengulangan kata yang sama dan memiliki makna yang sama. Dan kurangi penggunaan kata hubung yang kadang bisa mengurangi kekuatan kata.


Sebenarnya dalam puisi itu ada berapa jenis? Kadang sempat bingung. Padahal kata yang digunakan serupa tapi kenapa istilahnya berbeda?
Jawab:
Kalau masalah istilah tidak usah dipermasalahkan. Yang terpenting dalam puisi itu … menulis puisinya. Nanti puisi kita termasuk dalam jenis apa, pembaca saja yang memberi penilaian. Berdasarkan isinya, puisi bisa dibedakan menjadi beberapa ragam sebagai berikut:
  1. Balada, ialah puisi yang berisi kisah mengenai seseorang atau sekelompok orang, yang menyatakan keharuan, bisa berupa narasi, monolog, atau dialog. Contoh: Balada Terbunuhnya Atmokarpo dan Balada Orang-orang Tercinta, keduanya karya W.S. Rendra. 
  2. Romansa, ialah sanjak berisi luapan perasaan cinta kasih kepada kekasih. Contoh: Surat Cinta oleh W.S. Rendra, Si Jelita oleh Ramadhan K.H. Priangan. 
  3. Ode, ialah puisi yang dibuat untuk memuja seseorang (yang dianggap pahlawan atau berjasa), sesuatu hal, atau sesuatu keadaan. Contoh: Teratai oleh Sanusi Pane, Diponegoro oleh Chairil Anwar, dan Ode Buat Proklamator oleh Leon Agusta.
  4. Himne, ialah puisi yang berisi puja-puji atau mengagung-agungkan kebesaran Tuhan, atau yang bernafaskan keagamaan (religius). Contoh: Doa karya Chairil Anwar, Bhagawat Gita karya Rabindranath Tagore. 
  5. Elegi, ialah puisi yang berisi ratap tangis, kesedihan, perasaan duka, dan keputusasaan. Contoh: Batu Belah karya Air Hamzah, Elegi Jakarta karya Asrul Sani. 
  6. Epigram, ialah puisi yang berisi tuntunan hidup, pelajaran hidup, atau semangat hidup. Contoh: Bangunlah, O Pemuda karya A. Hasjmy. 
  7. Satire, ialah puisi yang berisikan cemoohan, kritikan, atau sindiran yang tajam terhadap kepincangan-kepincangan yang terdapat dalam masyarakat. Contoh: Bimbang karya A.M. Dg. Miyala. 
  8. Idylle, ialah puisi yang berisi tentang kesentosaan hidup. Contoh: Ke Desa karya Aoh Kartahadimaja.  Sumber

Apakah setiap benda di dalam tubuh dan dunia ini bisa mewakili kata-kata puisi?
Jawab:
Semua detil yang pernah kita lihat, rasakan, renungkan adalah puisi. Jangan sia-siakan detil yang ada di sekeliling ide tulisan kita ya.

(dirangkum oleh Fransiska S. Manginsela, Kasuk WR Puisi)

0 comments:

Post a Comment

Followers