Aku genggam hatimu
penuh warna kasih
adakah kau rasa
ketika rindu berkelindan
menjemput warna jingga
penuh warna kasih
adakah kau rasa
ketika rindu berkelindan
menjemput warna jingga
seperti mentari
meluruh mega menjadi jingga
seperti pelangi
melenguh senja menjadi ria
meluruh mega menjadi jingga
seperti pelangi
melenguh senja menjadi ria
aku terdiam tak mampu berkata
tersudut dalam memori senja yang kita punya
mencoba mengartikan resah
membingkai rindu di antara baitbait gelisah
tersudut dalam memori senja yang kita punya
mencoba mengartikan resah
membingkai rindu di antara baitbait gelisah
malam-malam basah
jangan resah,
gemintang pun pasrah
sekira langit kan mendung
dan awan sebentar lagi menangis
kupeluk engkau di puncak bukit
tempat kita pernah mengadu pada
sekelompok semut merah yang membuat sarang
jangan resah,
gemintang pun pasrah
sekira langit kan mendung
dan awan sebentar lagi menangis
kupeluk engkau di puncak bukit
tempat kita pernah mengadu pada
sekelompok semut merah yang membuat sarang
pun ingin kularung janji yang terpatri
pada malam-malam berkabut
di mana kita bersama penah melaut
melangutkan kemelut
berbagi selimut
masih saja kukembali ke pantai yang sama
di mana bulir pasir terbiar merata seperti rasa di antara kita
pada malam-malam berkabut
di mana kita bersama penah melaut
melangutkan kemelut
berbagi selimut
masih saja kukembali ke pantai yang sama
di mana bulir pasir terbiar merata seperti rasa di antara kita
lalu aku pun teringat
kisah lalu
dan terngiang
canda tawa
masa di mana kita sesuka kata
sesuka berbuat
masa di mana kita menangis
bersama dalam hidup yang serat
dan terngiang
canda tawa
masa di mana kita sesuka kata
sesuka berbuat
masa di mana kita menangis
bersama dalam hidup yang serat
semestinya kita miliki mimpi yang sama
menjemput luruhan gemintang
menjaring hangat mentari
tapi mungkin takdir berkata lain
dirimu hanya menyisakan bayang
ingin kumengadu pada langit
warnanya menjadi kelabu
ingin kuceritakan pada angin
hembusannya mencorak gelisah
hingga kusimpan segenggam kasih
tersimpan lembut dalam sepetak hati
menjemput luruhan gemintang
menjaring hangat mentari
tapi mungkin takdir berkata lain
dirimu hanya menyisakan bayang
ingin kumengadu pada langit
warnanya menjadi kelabu
ingin kuceritakan pada angin
hembusannya mencorak gelisah
hingga kusimpan segenggam kasih
tersimpan lembut dalam sepetak hati
(Estafet Poetry Edisi 17 Februari 2012, WR Puisi)
0 comments:
Post a Comment