Bagaimana
membuat puisi agar kelihatannya tidak seperti itu-itu saja kosakatanya, tapi
dengan bahasa yang mudah dipahami pembaca?
Jawab:
Dahului dengan perbanyak membaca karya puisi yang beragam aliran dan beragam penyair. Kalau kita hanya membaca puisi dan penyair yang kita sukai saja maka wawasan baru tentang puisi kita terbatas hanya pada satu titik tersebut.
Bagaimana
membuat puisi polos/transparan menjadi lebih indah dan mampu bersaing dengan
puisi gelap?
Jawab:
Tulis saja puisi tersebut dengan jujur berdasarkan segenap perasaan yang ada. Tulislah pengalaman yang terjadi di sekitar kita. Balut saja dengan diksi yang sederhana tidak perlu rumit. Yakinlah puisi terang atau gelap, masing-masing punya penikmatnya.
Bagaimana
cara membuat puisi mbeling yang bagus?
Jawab:
Membuat puisi mbeling kita harus membebaskan diri dari berbagai aturan. Tulis saja apa yang ingin ditulis dengan kenekatan tanpa ada rasa takut tentang kualitas puisi kita.
Apakah
puisi yang mempunyai banyak makna termasuk ke dalam “puisi gagal”?
Jawab:
Puisi yang telah dihasilkan tidak ada yang gagal. Bagaimanapun itu termasuk sebuah karya yang akan mendasari karya-karya berikutnya. Hanya mungkin puisi awal yang dihasilkan belum memenuhi persyaratan sebagai puisi yang baik. Semakin banyak makna yang dihasilkan dari sebuah puisi berarti puisi tersebut telah mencapai karakter puisi yang kuat.
Apakah
dalam puisi juga terdapat unsur “sudut pandang penulis”?
Jawab:
Setiap tulisan apapun yang dihasilkan bagaimanapun kecilnya tetap akan hadir sudut pandang penulis dalam karya yang dihasilkan. Dalam puisi latar belakang penyair akan mewarnai karya yang dihasilkannya.
Apakah
dalam kritik sastra – semacam acara apresiasi puisi – hanya diperbolehkan
memaknai makna verbal puisi tanpa memperhatikan keinginan dari penyairnya? Saya
melihat kecenderungan dalam acara tersebut hanya memahami unsur intrinsik dari
puisi saja, hanya memahami makna nyata dari puisi.
Jawab:
Idealnya harus seperti itu, pembaca puisi memahami makna tersembunyi yang dituliskan oleh penyair. Namun bisakah dengan mudah kita berkomunikasi mendiskusikan setiap karya yang dihasilkan oleh penyair.
Apakah ada
maksud tertentu dari puisi yang memakai /1/, /2/, dst dalam puisinya?
Jawab:
Simbol-simbol tersebut hanya untuk memilah bait 1, 2 dstnya dan tetap mengacu pada EYD.
(Jawaban oleh Bpk. Bambang Kariyawan, dirangkum oleh Wakasuk WR
Puisi Adi Saputra)
0 comments:
Post a Comment