Saya membaca puisi Pak Bambang yang judulnya: "Taubat Bunglon."
Antar barisnya seolah-olah seperti tidak berkaitan (menurut pengamatan saya).
Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya penggunaan kata hubung, seperti yang, dan, lalu dan seterusnya. Bagaimana ya
membuat puisi seperti itu? Saya mencoba berlatih membuat puisi setipe itu,
namun malah membuat puisi narasi yang
kebanyakan puisi saya pasti ada kata hubungnya.
Jawab:
Puisinya sebagai berikut:Taubat BunglonSeribu wajah kau bongkar pasang dengan seribu topengBerulas senyum dalam polesan tersunggingBahasa tutur kau bumbui dengan madu beracunGerak tangan dan kaki kau mainkan ke penjuru anginSemua tertunduk, semua terdiam, semua tergaguNafsu memberingasmu.Kau raup sebisa yang kau rangkulKau pernah berkata ingin meneguk purnamaKau rampas dan kau gadai sebuah harga yang disebut diriMalu … entah telah menguap kemanaJujur … akupun tak tahu telah tercecer dimanaNama baik ... itu apalagi telah terbenam bersama sisi nuraniSeribu wajah terberangus kebenaranTerseret, tertatih, dan tertipuBergelayut di pucuk air mataTergagap dalam mimpi yang retakBerteman denyut nadi yang semputTertanggal dan tertelanjangi mencari siapa diri ini?Kata penghubung tidak harus dihadirkan. Tergantung mengatur irama dalam menulis puisi. Untuk bisa menulis seperti itu tidak sukar. Sering-sering mengumpulkan metafora dan diksi yang kuat dan indah terhadap puisi standar, maka secara tidak sadar akan mudah saja menulis puisi. Hal terpenting sekali adalah menulis dan menulis puisi tersebut.