1.
Ayah
Maka lengkap sudah tentangmu
Tanpa harus kuungkap
Gurat di dahimu yang kian dalam
Urat-urat di lenganmu yang kian mengeras
Dan rambut putih perakmu
Ayah
Bersama nurani kau beri aku Alif Ba Ta
Dengan hati kau ingatkan sholat
Melalui fikir kau tuntun tentang hidup
Ayah
Ketika kujalani kerikil-kerikil ini
Kurasakan kisahmu
Melaluinya adalah lara di sudut hati
Merasakannya adalah pahit di ujung lidah
Menjalaninya adalah memar yang tak kunjung sembuh
Asal kau tahu, Ayah
Masih kusimpan kenangan bersamamu
Dan tentang pena itu
Biar kutuliskan indah namamu
Pada sekeping kertas kehidupanku kelak
Rumah Orkid, 29 Juni 2011
Tanpa harus kuungkap
Gurat di dahimu yang kian dalam
Urat-urat di lenganmu yang kian mengeras
Dan rambut putih perakmu
Ayah
Bersama nurani kau beri aku Alif Ba Ta
Dengan hati kau ingatkan sholat
Melalui fikir kau tuntun tentang hidup
Ayah
Ketika kujalani kerikil-kerikil ini
Kurasakan kisahmu
Melaluinya adalah lara di sudut hati
Merasakannya adalah pahit di ujung lidah
Menjalaninya adalah memar yang tak kunjung sembuh
Asal kau tahu, Ayah
Masih kusimpan kenangan bersamamu
Dan tentang pena itu
Biar kutuliskan indah namamu
Pada sekeping kertas kehidupanku kelak
Rumah Orkid, 29 Juni 2011
2.
Takdir
Sepenggalah bayang-bayang menari di mataku
Menuliskan bait-bait lara yang kian ketara
Dalam petang yang kian berangkat menua
Pasimu mencari makna takdir
Burung-burung kealpaan mulai beterbangan
Menukik tajam meraih ikan kekhilafan
Dan malam menjumput pekat yang lekat
Kemudian bulan mulai bicara
Tentang daun yang berguguran
Dan kisah angin yang membawanya ke tepi dunia
Rinai hujan menghanyutkannya hingga ke hilir
Sehinggalah terlerai dari sisi pertimbanganmu
Maka kukatakan padamu
Jangan pernah kau bawa ombak luka padaku lagi
Jangan pernah kau hanyutkan sepercik harap yang aku ada
Dan jangan pernah kau kembalikan sepotong hatiku yang pernah kau curi
Adalah takdir
Ketika jemarimu tak lagi dapat meraihku
Dan hatiku semakin menjauhi sosokmu
Dan takdir kita hanya sampai di sini
Rumah Orkid, 29 Juni 2011
Menuliskan bait-bait lara yang kian ketara
Dalam petang yang kian berangkat menua
Pasimu mencari makna takdir
Burung-burung kealpaan mulai beterbangan
Menukik tajam meraih ikan kekhilafan
Dan malam menjumput pekat yang lekat
Kemudian bulan mulai bicara
Tentang daun yang berguguran
Dan kisah angin yang membawanya ke tepi dunia
Rinai hujan menghanyutkannya hingga ke hilir
Sehinggalah terlerai dari sisi pertimbanganmu
Maka kukatakan padamu
Jangan pernah kau bawa ombak luka padaku lagi
Jangan pernah kau hanyutkan sepercik harap yang aku ada
Dan jangan pernah kau kembalikan sepotong hatiku yang pernah kau curi
Adalah takdir
Ketika jemarimu tak lagi dapat meraihku
Dan hatiku semakin menjauhi sosokmu
Dan takdir kita hanya sampai di sini
Rumah Orkid, 29 Juni 2011
=======================================
3.
Adzan Subuh
Dingin yang menyapa sisa kabut semalam
Membangunkan sesosok tubuh dalam hening
Sejuk membungkus seluruh pori-pori
Mendenyutkan nadi-nadi yang terbangun dari tidur panjang
Sebuah langkah menyeruak keheningan
Setelah diguyur air kesucian melenyapkan asa yang tersimpan
Setapak jalan menjadi saksi sebuah langkah
Ketika seruan adzan bagai panggilan dari syurgawi
Dan semilir angin seperti hembusan menuju Firdausi
Menyentak seluruh aliran darah menuju keniscayaan
Takdir menorehkan geletar rindu
Pada sedetak nama tak terlihat
Allahu Akbar...
Ketika sunyi yang menghentakkan raga
Dan menggetarkan nurani yang lelah
Sekuntum bintang mengintai penuh
Pada sepucuk hati tertusuk pedih
Hanya satu shaff sholat
Ketika yang lain melanjutkan tidur dalam hening
Takbir merajut harap dari ujung masjid sebuah kampung
Rumah Orkid, 30 Juni 2011
Membangunkan sesosok tubuh dalam hening
Sejuk membungkus seluruh pori-pori
Mendenyutkan nadi-nadi yang terbangun dari tidur panjang
Sebuah langkah menyeruak keheningan
Setelah diguyur air kesucian melenyapkan asa yang tersimpan
Setapak jalan menjadi saksi sebuah langkah
Ketika seruan adzan bagai panggilan dari syurgawi
Dan semilir angin seperti hembusan menuju Firdausi
Menyentak seluruh aliran darah menuju keniscayaan
Takdir menorehkan geletar rindu
Pada sedetak nama tak terlihat
Allahu Akbar...
Ketika sunyi yang menghentakkan raga
Dan menggetarkan nurani yang lelah
Sekuntum bintang mengintai penuh
Pada sepucuk hati tertusuk pedih
Hanya satu shaff sholat
Ketika yang lain melanjutkan tidur dalam hening
Takbir merajut harap dari ujung masjid sebuah kampung
Rumah Orkid, 30 Juni 2011
HUJAN DI BULAN JUNI
HUJAN DI BULAN JUNI
Oleh: Arista Devi
hujan di bulan juni
meluruh
runtuh
menetes dari atap gubuk
merembes di dinding lapuk
hati
hujan di bulan juni
bertandang
membandang
menggenang di halaman
membanjir di jalanan
hidup
hujan di bulan juni
hujanmu
hujanku
hujan yang turun dari langit-Mu
membasah di bumiku
membasuh...
lukamu
lukaku
Yuen Long, 29 Juni 2011
(Ditulis saat hujan belum mereda)
=============================================
5.
Ayah
Ayah
Pagi ini kau nampak tegar
Langkah kaki yang kau tapakkan
Dimana kau pijak
Seakan membuatmu semakin kokoh
Tak peduli kejamnya bumi
Seutas senyum di balik lesung pipimu
Semakin terus bersemangat, berupaya
Demi sebuah keluarga kecil
Ayah
Dari gurat wajahmu, tak pernah sedikitpun rasa lelah yang kau keluh
Sepanjang waktu, usiamu tak sedia kala
Ayah
Dari petuahmu, aku belajar ketegaran
Dari usahamu, aku akan terus maju
Dan semua pintamu akan kuingat selalu
Ayah
Anakmu akan selalu menyayangimu
Hingga tak terbatas oleh waktu
Palembang, Juni 2011
Ayumi Maulida
=============================================
6.
Pagi ini kau nampak tegar
Langkah kaki yang kau tapakkan
Dimana kau pijak
Seakan membuatmu semakin kokoh
Tak peduli kejamnya bumi
Seutas senyum di balik lesung pipimu
Semakin terus bersemangat, berupaya
Demi sebuah keluarga kecil
Ayah
Dari gurat wajahmu, tak pernah sedikitpun rasa lelah yang kau keluh
Sepanjang waktu, usiamu tak sedia kala
Ayah
Dari petuahmu, aku belajar ketegaran
Dari usahamu, aku akan terus maju
Dan semua pintamu akan kuingat selalu
Ayah
Anakmu akan selalu menyayangimu
Hingga tak terbatas oleh waktu
Palembang, Juni 2011
Ayumi Maulida
=============================================
6.
BUNGA-BUNGA KASIH
September kenangan…
Bunga-bunga cinta bersemi kembali…
Lebih indah payungi hati…
September kenangan…
Menutup lembar kisah lalu…
Redakan sebongkah sembilu pilu…
September kenangan…
Senandung nada kasih mengalun syahdu…
Bergelayut mesra di telingaku…
September kenangan…
Jerit sepi tak lagi membahana…
Senyap sunyi tak lagi menyapa…
September kenangan…
Terjalinlah jua kisah ini…
Menawan rasa rindu di hati…
September kenangan …
Sekejap tawa merona indah mengembang
Lalu sirna terpenggal perpisahan terjelang
Senandung kasih ,20 Juni 2011
Bunga-bunga cinta bersemi kembali…
Lebih indah payungi hati…
September kenangan…
Menutup lembar kisah lalu…
Redakan sebongkah sembilu pilu…
September kenangan…
Senandung nada kasih mengalun syahdu…
Bergelayut mesra di telingaku…
September kenangan…
Jerit sepi tak lagi membahana…
Senyap sunyi tak lagi menyapa…
September kenangan…
Terjalinlah jua kisah ini…
Menawan rasa rindu di hati…
September kenangan …
Sekejap tawa merona indah mengembang
Lalu sirna terpenggal perpisahan terjelang
Senandung kasih ,20 Juni 2011
=================================================
Jejak Pelangi
Kering jua tak tergores lagi
Tintaku kering di titik penantian
Ujung pena takdir tak lagi berdendang
Imaji beradu menerawang masa
Rindu terkoyak lumpuhkan raga
Terhuyung aku dalam fana
Jejak kisah lalu tertinggal
Senyuman itu terpaku jua
Dalam kotak cerita lampau
Tersudut di lorong waktu
Terpagut prahara di ruang pilu
Sayup kumandangkan melodi sendu
Terlelap aku dalam mimpi panjang
Terlena aku dalam alunan ritme tak bersyair
Masih terlelap dalam bayang kisah fatamorgana
Yang lalu biarlah tetap terkenang
Kan jadi pelecut cita masa depan
Demi gapai mimpi seindah pelangi…..
Senandung rindu, 1 Juni 2011
Tintaku kering di titik penantian
Ujung pena takdir tak lagi berdendang
Imaji beradu menerawang masa
Rindu terkoyak lumpuhkan raga
Terhuyung aku dalam fana
Jejak kisah lalu tertinggal
Senyuman itu terpaku jua
Dalam kotak cerita lampau
Tersudut di lorong waktu
Terpagut prahara di ruang pilu
Sayup kumandangkan melodi sendu
Terlelap aku dalam mimpi panjang
Terlena aku dalam alunan ritme tak bersyair
Masih terlelap dalam bayang kisah fatamorgana
Yang lalu biarlah tetap terkenang
Kan jadi pelecut cita masa depan
Demi gapai mimpi seindah pelangi…..
Senandung rindu, 1 Juni 2011
CINTA
C i n t a
Masih terngiang
Lembut janjimu
Akan hasrat dalam hati
Ketika senja
Di ujung gelap
Suara syahdumu
Serasa semakin lekat
Sebentuk wajah
Tersirat menenangkan bathin
Sorot mata yang tak bisa
Hilang terbenam nurani
Tersimpan tanpa aku bisa
Mengutak atik kearifannya
Berharap asa yang semakin lekat
Meraih mahligai cinta kasih
Merajut detik demi detik
Menuntun dalam bait hidup
Bersama menerjang kabut
Rasa yang semakin membara
Mengurai sebuah perjalanan
Perjuangan sebentuk
Cinta antara
K a u dan A k u
Sekarang
Dan
Selamanya
Jakarta, 04 Desember 2010
============================================
Masih terngiang
Lembut janjimu
Akan hasrat dalam hati
Ketika senja
Di ujung gelap
Suara syahdumu
Serasa semakin lekat
Sebentuk wajah
Tersirat menenangkan bathin
Sorot mata yang tak bisa
Hilang terbenam nurani
Tersimpan tanpa aku bisa
Mengutak atik kearifannya
Berharap asa yang semakin lekat
Meraih mahligai cinta kasih
Merajut detik demi detik
Menuntun dalam bait hidup
Bersama menerjang kabut
Rasa yang semakin membara
Mengurai sebuah perjalanan
Perjuangan sebentuk
Cinta antara
K a u dan A k u
Sekarang
Dan
Selamanya
Jakarta, 04 Desember 2010
TETAP MENGERTI
Senja menawan rasaku
Dalam geming denting waktu
Ada yang tak biasa berlalu
Kuraba kembali, namun kelu
Tundukku tak jua mampu
Tepikan aroma nafas yang kian buntu
Simpul hati masih penjarakanku
Menepi di titian hati yang mulai beku
Oh, rasa
Dekap aku dalam kenang asmara
Menuai terang di sela gulita
Sekedar mengerti akhir sebuah cerita
Oh rasa,
Sejumput lara tertoreh nyata
Membias tanpa dinyana
Hanya untuk dimengerti, sekali saja
17 Juni 2011
Dalam geming denting waktu
Ada yang tak biasa berlalu
Kuraba kembali, namun kelu
Tundukku tak jua mampu
Tepikan aroma nafas yang kian buntu
Simpul hati masih penjarakanku
Menepi di titian hati yang mulai beku
Oh, rasa
Dekap aku dalam kenang asmara
Menuai terang di sela gulita
Sekedar mengerti akhir sebuah cerita
Oh rasa,
Sejumput lara tertoreh nyata
Membias tanpa dinyana
Hanya untuk dimengerti, sekali saja
17 Juni 2011
KETIKA AKU
Ketika aku jatuh cinta,
Rasa menjeratku demikian hebat
Melemahkan bongkahan hati yang terpatri kuat
Pelan dan pasti membingkai asaku yang tersekat
Melumer dalam kepulan asap asmara singkat
Ketika aku patah hati,
Asaku menjelma lara
Rapuh lalu luruh dalam buncah rasa
Tangis tak cukup pemanis siluet senja
Melarung hati senyata keeping puzzle cinta
Ketika aku membenci,
Titian asmara selayak petaka
Rindu purnama tak lagi menjadi suratan masa
Merajam penggenapan siksa
Ketika aku mencinta,
Benciku sirna lalu lepas
Sungging rasa menyapa yang sempat terhempas
Melukis riak rasa dalam gurat pena emas
Mempercantiknya dalam kubah bebas
Rasa menjeratku demikian hebat
Melemahkan bongkahan hati yang terpatri kuat
Pelan dan pasti membingkai asaku yang tersekat
Melumer dalam kepulan asap asmara singkat
Ketika aku patah hati,
Asaku menjelma lara
Rapuh lalu luruh dalam buncah rasa
Tangis tak cukup pemanis siluet senja
Melarung hati senyata keeping puzzle cinta
Ketika aku membenci,
Titian asmara selayak petaka
Rindu purnama tak lagi menjadi suratan masa
Merajam penggenapan siksa
Ketika aku mencinta,
Benciku sirna lalu lepas
Sungging rasa menyapa yang sempat terhempas
Melukis riak rasa dalam gurat pena emas
Mempercantiknya dalam kubah bebas
TANYAKU
PCPV-TANYAKU
Aku melihat hijau di pematang mata hatimu
Ada biru dan ungu menghiasi ruang itu
Aku mendengar juga letupan dahsyat di dekat jantungmu
Apa yang terjadi denganmu?
Yang lama telah berlalu
Yang baru telah menjemputmu
Yang mana yang kau mau?
Yang ini atau yang itu?
Indah kata karena makna
Indah makna karena cerita
Indah cerita karena bahasa
Indah bahasa karena cinta
Cinta yang kau rasa
Ciptakan bahagia dalam lubuk jiwa
Cinta yang kau punya
Ciptakan indah pada dunia dan dahan jiwa
Hatimu penuh cinta
Hatimu penuh suka cita
Hilangkan duka dan air mata
Hidupmu layak tuk bahagia
Aku adalah mentarimu
Aku juga perahu bintangmu
Aku akan menemanimu dan mengiringi setiap langkahmu
Akankah kau masih bertanya padaku?
Aku melihat hijau di pematang mata hatimu
Ada biru dan ungu menghiasi ruang itu
Aku mendengar juga letupan dahsyat di dekat jantungmu
Apa yang terjadi denganmu?
Yang lama telah berlalu
Yang baru telah menjemputmu
Yang mana yang kau mau?
Yang ini atau yang itu?
Indah kata karena makna
Indah makna karena cerita
Indah cerita karena bahasa
Indah bahasa karena cinta
Cinta yang kau rasa
Ciptakan bahagia dalam lubuk jiwa
Cinta yang kau punya
Ciptakan indah pada dunia dan dahan jiwa
Hatimu penuh cinta
Hatimu penuh suka cita
Hilangkan duka dan air mata
Hidupmu layak tuk bahagia
Aku adalah mentarimu
Aku juga perahu bintangmu
Aku akan menemanimu dan mengiringi setiap langkahmu
Akankah kau masih bertanya padaku?
============================================
BERHARAP DALAM DEBAR
PCPV-BERHARAP DALAM DEBAR
Malam-malam berdatangan
Bintang-bintang berkejaran
Rembulanpun terburu-buru membiaskan sinarnya
Sedang langit tampak begitu tenang seolah tak terjadi apa-apa
Tiba-tiba sang angin datang
Dingin, menembus masuk dinding dagingku
Begitu juga sang air
Mencoba menyelinap di celah-celah pori yang tak tertutupi
Akan kutandai malam ini
Sebuah malam yang dinanti-nanti
Aku ingin segera bertemu
Dan bercengkerama dengan sahdu
Mimbar langit mulai ramai
Kudengar suara-suara menggelegar
Lalu kusisihkan waktuku
Untuk membuat malam-malam cemburu
Akhirnya aku bertemu dengan-Mu
Kusampaikan keluh-kesahku
Tak terasa hatiku menyatu
Dan kuterbawa dalam buai kasih-Mu
Dekaplah aku, Tuhan
Biarkan aku merasakan ketenangan ini yang tak kudapat di pagi hari
Belailah aku, Tuhan
Biar aku punya alasan mengapa aku ingin selalu menemui-Mu di malamku
Tuhan…
Kan kuajarkan lidahku tuk membaca basmalah-Mu
Kan kulatih napasku tuk mengucap Laailaahaillallah
Dan kan kusirami jiwaku dengan Al-Fatehah-Mu
Tak terasa adzan subuh mulai terdengar, lafadz Allahuakbar mulai di kumandangkan
Aku tersadar, akankah doaku di sepertiga malam didengar dan dikabulkan?
Entahlah, Wallahua’lam
Karena ku hanya sanggup berharap dalam debar
Malam-malam berdatangan
Bintang-bintang berkejaran
Rembulanpun terburu-buru membiaskan sinarnya
Sedang langit tampak begitu tenang seolah tak terjadi apa-apa
Tiba-tiba sang angin datang
Dingin, menembus masuk dinding dagingku
Begitu juga sang air
Mencoba menyelinap di celah-celah pori yang tak tertutupi
Akan kutandai malam ini
Sebuah malam yang dinanti-nanti
Aku ingin segera bertemu
Dan bercengkerama dengan sahdu
Mimbar langit mulai ramai
Kudengar suara-suara menggelegar
Lalu kusisihkan waktuku
Untuk membuat malam-malam cemburu
Akhirnya aku bertemu dengan-Mu
Kusampaikan keluh-kesahku
Tak terasa hatiku menyatu
Dan kuterbawa dalam buai kasih-Mu
Dekaplah aku, Tuhan
Biarkan aku merasakan ketenangan ini yang tak kudapat di pagi hari
Belailah aku, Tuhan
Biar aku punya alasan mengapa aku ingin selalu menemui-Mu di malamku
Tuhan…
Kan kuajarkan lidahku tuk membaca basmalah-Mu
Kan kulatih napasku tuk mengucap Laailaahaillallah
Dan kan kusirami jiwaku dengan Al-Fatehah-Mu
Tak terasa adzan subuh mulai terdengar, lafadz Allahuakbar mulai di kumandangkan
Aku tersadar, akankah doaku di sepertiga malam didengar dan dikabulkan?
Entahlah, Wallahua’lam
Karena ku hanya sanggup berharap dalam debar
RINDU YANG BEKU
RINDU YANG BEKU
Aku tulis hatiku dalam putih rindu yang beku
Ada suara gemuruh yang memporak-porandakan jantungku
Hingga kubertemu dengan hutan-hutan gagu
Aku tulis juga permata dalam hitam piluku
Lalu kubiarkan semuanya mengendap dalam rindu
Sebuah rindu yang rancu pada lakumu
Aku hanya setitik jiwa dari hamparan luas dunia
Sebuah dunia yang penuh dengan fatamorgana
Yang mampu membawaku ‘tuk menerokah angkasa
Sahabatku,
Aku ingin memahat wajahmu dalam liatnya hatiku
Agar ketika waktu tak mengijinkan kita bersatu kumasih bisa melihatmu di dalam hatiku
Dan untuk rindu yang beku
Biarlah kusimpan rindu itu di dalam bilik hatiku
Bersanding bersama wajah, nama, dan senyum manismu
Surabaya, 12 Juli 2011
Oleh : Ayicha Sheila
Aku tulis hatiku dalam putih rindu yang beku
Ada suara gemuruh yang memporak-porandakan jantungku
Hingga kubertemu dengan hutan-hutan gagu
Aku tulis juga permata dalam hitam piluku
Lalu kubiarkan semuanya mengendap dalam rindu
Sebuah rindu yang rancu pada lakumu
Aku hanya setitik jiwa dari hamparan luas dunia
Sebuah dunia yang penuh dengan fatamorgana
Yang mampu membawaku ‘tuk menerokah angkasa
Sahabatku,
Aku ingin memahat wajahmu dalam liatnya hatiku
Agar ketika waktu tak mengijinkan kita bersatu kumasih bisa melihatmu di dalam hatiku
Dan untuk rindu yang beku
Biarlah kusimpan rindu itu di dalam bilik hatiku
Bersanding bersama wajah, nama, dan senyum manismu
Surabaya, 12 Juli 2011
Oleh : Ayicha Sheila
=========================================
Sunyi Dalam Penantian
Semua terdiam
Sunyi
Cuma Kita yang ada
Tiadapun kata terucap
Menjadikan Sempurna
Perasaan saling menerka
Bukan kata
Bukan pula pandangan yang menggetarkan
Teramat dalam terasa
Tapi tak mampu di luahkan
Karena memang begitulah adanya
Kulit hati saling tersentuh
Hanyut dalam buaian rasa
Menyatu dalam hening
Kapankah menyatu?
Kapankah rasa ini beradu dalam nyata
Akankah hanya waktu yang mengerti
Akupun juga menanti
Tiada yang ku ragu
Tiada yang buatku sendu
Tapi nyata ku tlah lelah menunggu
Dengan segunung rasa yang kadang buatku jemu
Mungkin ini cobaan, ujian akan takdirNya
Apapun itu akan kurengkuh semua tanpa berkeluh
Seperti malam dengan sunyi dan gelapnya
Laksana bulan dengan pasang surut air lautnya
Laksana bintang dengan bias kerlipnya
Begitu aku di sampingmu
Semakin sunyi semakin aku memahami
Sunyi
Cuma Kita yang ada
Tiadapun kata terucap
Menjadikan Sempurna
Perasaan saling menerka
Bukan kata
Bukan pula pandangan yang menggetarkan
Teramat dalam terasa
Tapi tak mampu di luahkan
Karena memang begitulah adanya
Kulit hati saling tersentuh
Hanyut dalam buaian rasa
Menyatu dalam hening
Kapankah menyatu?
Kapankah rasa ini beradu dalam nyata
Akankah hanya waktu yang mengerti
Akupun juga menanti
Tiada yang ku ragu
Tiada yang buatku sendu
Tapi nyata ku tlah lelah menunggu
Dengan segunung rasa yang kadang buatku jemu
Mungkin ini cobaan, ujian akan takdirNya
Apapun itu akan kurengkuh semua tanpa berkeluh
Seperti malam dengan sunyi dan gelapnya
Laksana bulan dengan pasang surut air lautnya
Laksana bintang dengan bias kerlipnya
Begitu aku di sampingmu
Semakin sunyi semakin aku memahami
0 comments:
Post a Comment